Logo
Blog B  E  R  U  N  T  U  N  G fingers crossed

B E R U N T U N G

HOME /
B E R U N T U N G

Blog

B  E  R  U  N  T  U  N  G

B E R U N T U N G

Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.
(Yosua 1:8)

‘Untung’, ‘beruntung’ dan ‘hoki’ adalah kata-kata yang umum diucapkan sehari-hari. Artinya mirip tapi bisa ada perbedaan. Ketiga kata ini berbicara tentang hal positif yang terjadi pada seseorang. Tapi nuansanya berbeda.

‘Untung’ bisa berarti laba yang didapat dari suatu usaha atau bisnis, yang beda dengan gaji. Contoh: Untungnya gede…

‘Untung’ juga bisa berarti ucapan syukur/senang atas suatu hal positif yang tidak direncanakan atau kepikiran. Contoh: ‘Untung saya nggak datang!’ (sehingga terhindar dari masalah) atau Untung saya datang! (dapat door-prize)

‘Beruntung’ bisa berarti sama dengan arti ‘untung’ yang kedua. Seperti: “Kamu beruntung dapat pasangan seperti dia.” Kesannya adalah ini sesuatu yang tidak semua orang dapat tapi juga tidak diprediksi. Seperti ada unsur judi.

‘Beruntung’ juga dipakai untuk membedakan dengan orang sial yang mendapat hal-hal yang negatif. Dalam hal ini dia mirip dengan ‘hoki.
‘Hoki’ adalah adaptasi dari bahasa Tionghoa yang artinya bisa seperti ‘beruntung’ tapi ada kesan yang kuat bahwa ‘nasib’ atau ‘takdir’ yang membuat seseorang mendapatkan suatu rejeki yang orang lain tidak dapat.

Professor Richard Wiseman, guru besar psikologi di Universitas Herefordshire di Inggris, ingin tahu kenapa ada orang ‘beruntung’ dan ada orang ‘sial’. Dia meneliti lebih dari 400 orang untuk menemukan apa faktor yang membuat seseorang jadi beruntung atau sial.
Salah satu cerita beliau adalah begini:

Seorang wanita di Inggris menyetir sejauh 200 km. Sepanjang jalan dia kecelakaan 8 kali. Dia juga bernasib buruk di bidang lain. Dia pergi ke biro jodoh untuk mencari pasangan. Pertama kali dikenalkan dengan seorang pria, lalu mereka janji makan bersama. Dalam perjalanan ke restoran, pria itu jatuh dari motor dan kakinya patah. Janji batal. Dia kembali ke biro jodoh, dan dipasangkan dengan pria lain. Mereka bikin janji bertemu. Pria ke dua ini lagi berjalan dan menabrak pintu kaca sampai hidung patah. Janji batal. Akhirnya dia bertemu dengan seorang pria lain. Semua berjalan dengan lancar dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah di gereja. Sehari sebelum pernikahan, gereja itu terbakar.

Penelitian professor Wiseman kemudian dibukukan dalam satu buku berjudul ‘The Luck Factor’. Anda tidak usah beli bukunya, tapi cukup saya sarikan saja isi bukunya dalam satu kalimat: Keberuntungan adalah masalah iman.
Whaaattt???

Ya, keberuntungan itu masalah iman alias kepercayaan, bukan masalah nasib atau takdir atau judi-judian. Kalau anda terus berpikir dan percaya bahwa anda orang sial, anda akan sial terus. Kalau anda percaya anda orang yang beruntung, maka anda akan beruntung terus.

Maka dari itu, pembaca, kita harus percaya bahwa kita adalah orang-orang yang beruntung. Tetapi firman Tuhan kepada Yosua mengajarkan kita satu hal soal keberuntungan.

Keberuntungan bukan jatuh dari langit, tetapi hasil dari beberapa hal:

1. Perkataan kita harus sesuai dengan Firman: Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini,… Untuk itu, kita harus membaca Alkitab dan memperkatakan isi Alkitab. Kalau kita terus menerus mengucapkan hal yang positif, hidup kita akan jadi positif. Tapi kalau sebaliknya, mulut kita terus menyebut-nyebut hal-hal negatif, makan hidup kita akan jadi negatif. Sebab kata Amsal 18:21: Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.
Saya meyakini bahwa pesan Tuhan kepada Yosua ini bukan berarti tiap kali berbicara dengan orang, kita terus mengutip ayat Alkitab. Tetapi ini lebih kepada pengakuan kita dalam doa kita dan ketika kita menghadapi segala persoalan. Ketika kita lagi kena masalah, apa yang kita keluarkan dari mulut kita? Sumpah serapah atau kata-kata iman?

2. Pikiran kita harus sesuai dengan Firman: tetapi renungkanlah itu siang dan malam,… Pikiran kita menentukan cara pandang kita, perasaan kita dan tindakan kita. Maka kita harus mengisi pikiran kita dengan Firman Tuhan. Pembacaan Alkitab harus menjadi kegiatan rutin dalam hidup kita.

3. Tindakan kita harus sesuai dengan Firman: supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya,…Jadinya lengkap. Bukan hanya pikiran dan perkataan, tetapi juga perbuatan yang sesuai dengan Firman.

Kalau kita melakukan ini, kita pasti akan berhasil dan beruntung. Bukan berarti bebas dari masalah dan tekanan, tetapi di tengah segala tekanan dan masalah, kita akan menjadi pemenang, bahkan lebih dari pemenang!

Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. (Rom 8:37)

Blog B  E  R  U  N  T  U  N  G

Latest Blog

P  A  N  I  KP A N I K
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
S & K
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
M E D S O S
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.