Logo
Blog H  O  A  K  S hoaks

H O A K S

HOME /
H O A K S

Blog

H  O  A  K  S

H O A K S

Pada tahun 1835, John Herschel, astronom terkenal dari Inggris, mengarahkan teleskopnya ke arah bulan dari satu planetarium di Afrika Selatan. Apa yang dia lihat sungguh mengagetkan.

Melalui teleskopnya Herschel melihat manusia bersayap yang terbang ke sana kemari. Dia juga melihat kambing berwarna biru dan satu kuil raksasa terbuat dari batu safir yang dipoles. Berita ini dimuat di koran New York Sun. Terjadilah heboh besar di kota New York. Tiap pagi orang antri di depan kantor New York Sun untuk mendapatkan berita terbaru tentang penemuan aneh di bulan. Koran New York Sun menjadi koran paling laku sedunia pada masa itu.

Dengan demikian dimulailah ‘era baru’ berita palsu yang kita sekarang kenal dengan nama ‘hoaks’. Pemilik koran New York Sun sengaja menerbitkan berita palsu untuk membuat korannya laku. Herschel sama sekali tidak melihat apa-apa di bulan kecuali batuan abu-abu.

Saya pakai istilah ‘era baru’ karena hoaks adalah masalah lama, tetapi ini era baru karena adanya media koran (dan kemudian medsos) yang dulu tidak ada. Penyebaran hoaks menjadi sangat masif karena adanya media, terutama medsos, di mana setiap orang bisa meneruskan berita.

Berita palsu, dari dulu sampai sekarang, adalah senjata. Dia dipakai oleh ular alias Setan di taman Eden. Dia dipakai oleh sebagian politisi, sebagian pedagang, sebagian buzzer (pendengung berita), sebagian wartawan. Sebagian berita palsu terbongkar, sebagian lain diterima sebagai kebenaran.

Saudara mungkin tidak akan termakan oleh berita soal manusia terbang atau kambing biru di bulan. Tapi saudara mungkin termakan oleh berita palsu soal lain.
Sekarang adalah jamannya ‘sharing’ dan ‘forward’. Dan kita sering tidak tahu kebenaran dari berita yang kita bagikan itu, tapi kita main bagi saja. Kita beralasan bahwa, “selama itu dari teman saya, itu pasti benar. Pasti teman saya ngecek dulu dong sebelum dia bagi.” Padahal teman kita itu juga dapat dari temannya temannya yang juga mendapat berita itu dari sepupu lain nenek dari temannya temannya. Dan semua orang merasa bahwa yang harusnya mengecek kebenaran berita bukan dia tetapi orang yang mengirim ke dia. Kacau!!

Berita palsu soal kambing biru di bulan itu adalah contoh berita palsu yang cuma nyebelin. Tapi ada berita palsu yang bisa membuat mati orang.
Dalam kampanye pilpres di AS tahun 2016, ada berita palsu menyebar bahwa team kampanye Hillary Clinton memperjualbelikan anak kecil untuk menjadi budak seks di beberapa resto di kota Washington DC. Salah satunya adalah resto Comet Ping Pong.
Edgar Welch, asal dari North Carolina, begitu marah dengan berita itu. Dia mendatangi Comet Ping Pong dengan membawa bukan bat ping pong tapi senapan serbu AR-15! Di dalam restoran Edgar sembarangan menembak. Untung sembarangan, makanya tidak ada yang mati.

Gara-gara berita palsu, bisnis orang bisa bangkrut. Engkoh Ouw Kie di Pontianak terpaksa cek darah di lab dan menerbitkan hasilnya di media setelah beredar desas desus bahwa pemilik bakmi kepiting ngetop itu kena HIV. Hoaks.
Gara-gara hoaks, orang di PHK.
Gara-gara hoaks, rumah tangga pecah.
Gara-gara hoaks, masa depan orang hancur.

Jadi, kalau saudara sembarangan main ‘sharing’ berita WA yang saudara dapat tanpa mengecek dulu itu benar atau tidak, dan kemudian ternyata berita itu palsu, saudara harus bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa gara-gara berita itu. Bahkan kalau tidak terjadi apa-apa sekalipun gara-gara berita palsu itu, saudara sudah terbiasa bertindak tanpa berpikir panjang. Lama-lama ini akan menjadi tabiat yang akan membahayakan diri sendiri.

Segala sesuatu harus diwaspadai tanpa menjadi serba was-was. Kata iklan dari Menkominfo: “Saring sebelum sharing”.

 Tunda setengah hari sebelum bagikan berita di WA. Apalagi kalau berita itu adalah hasil ‘forward’ (ketahuan dari panah miring di awal berita). Terkadang menunggu sebentar membuat kita kehilangan keinginan untuk membagi. Berarti berita itu tidak penting-penting amat.

 Sambil menunggu, cek dengan orang yang lebih tahu, biar tidak salah.

 Cek dengan sumber berita utama seperti kompas.com atau detik.com. Ini bukan mengatakan kompas dan detik tidak bisa salah, tapi mereka cukup bisa diandalkan, sejauh ini.

 Hati-hati dengan berita yang diakhiri dengan kata ‘bagikan’ atau ‘viralkan’. Kalau orang lain sudah bagi, jangan ikut-ikutan bagi juga.
 Hati-hati dengan berita yang banyak HURUF BESAR atau banyak !!!! atau saalh keitk. Kemungkinan besar palsu.

 Bagikan firman Tuhan saja, tapi pastikan sumbernya benar. Sebab kata Rasul Paulus di 2 Kor 4:2: “…kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Firman Allah saja juga bisa dipalsukan.

Seperti kata Bang Napi di acara TV jadul: waspadalah…waspadalah!
Blog H  O  A  K  S

Latest Blog

P  A  N  I  KP A N I K
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
S & K
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
M E D S O S
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.