Logo
Blog P  A  N   I   K coronavirus italy jpeg

P A N I K

HOME /
P A N I K

Blog

P  A  N   I   K

P A N I K

Kata ‘panik’ berasal dari ‘Pan’, yang adalah nama manusia setengah dewa dalam mitologi Yunani.

Menurut dongeng Yunani, Pan suka menyiksa manusia yang melewati hutan. Dia bersembunyi di semak-semak. Ketika ada manusia lewat, Pan akan menggoyang beberapa semak, sehingga membuat si manusia jadi was-was. Dia akan jalan lebih cepat. Pan lalu mengambil jalan pintas untuk mencegat orang tadi di depan. Di sana, dia akan melakukan hal yang sama, menggoyang beberapa pohon. Orang tadi akan makin cemas, nafasnya semakin cepat, seperti langkah kakinya. Tanpa dia sadar, suara langkah kakinya di hutan sunyi itu justru semakin membuat dia sendiri tambah ketakutan. Satu kali lagi Pan menggoyang beberapa semak, dan korbannya itu akan langsung lari lintang pukang jungkir balik dalam kepanikan yang luar biasa. Orang itu tidak akan pernah lagi melewati hutan itu tanpa rasa takut. Begitulah, dari Pan menjadi panik.

Saya ke Singapura Senin lalu untuk rapat yayasan, di tengah-tengah kepanikan dunia akibat virus corona. Banyak nasihat beredar dari group WA ke group WA. Sebagian ngaco, sebagian ngawur, sebagian ngasal, sebagian benar.
Tapi saya berjaga-jaga. Ketika masuk pesawat, nonik sebelah saya kelihatan sakit. Dia batuk beberapa kali. Saya hampir loncat! Mamanya langsung berdoa untuk dia dalam bahasa Konghu. Saya bisa nangkap dikit-dikit ketika dia menyebut-nyebut nama Yesus. Jadi saya ikut berdoa dalam hati. Lalu si mama berdoa dalam bahasa roh. Saya bisa nangkap dikit-dikit juga. Akhirnya saya angkat tangan saya ke arah anak itu dan ikut berdoa. Mamanya terima kasih. Akhirnya saya pindah kursi. Bukan karena takut virus! Tapi supaya si mama dan anaknya bisa duduk berdua di tiga kursi. Gitu ceritanya!

Duduk di kursi pesawat, saya langsung bergerak cepat. Keluarkan carian anti vikuba (singkatan dari: virus, kuman dan bakteri) dan lap, lap, lap semua yang ada di depan saya. Dari monitor tv, tangan kursi, meja kecil. Dah…mantap.

Saya ditawarin makan. Saya tolak. Bukan karena takut virus, tapi kenyang.
Lalu saya ke toilet. Hmmm…barusan tadi siapa yang masuk ya? Super spreader kah dia? Saya tutup pintu toilet dengan hati-hati, berusaha menutup pintu dengan siku dan lutut. Agak susah. Saya ambil kertas tissue untuk dorong slot kunci pintu. Mau buang tissue ke tempat sampah. Saya dorong tissue ke penutup tong sampah. Agak susah, nyangkut. Terpaksa ambil kertas tissue lagi lalu dorong tissue dengan memakai tissue. Masuk.

Mau bilas toilet…ambil tissue, lalu pakai tissue untuk menekan tombol bilas. Lalu cuci tangan…wah, cuci dulu keran airnya pakai sabun sebelum kita tekan keran itu. Habis itu keringkan tangan dan buang tissue. Nyangkut lagi. Terpaksa ambil tissue lagi untuk mendorong tissue masuk tempat sampah.

Mau buka pintu toilet, ambil tissue lagi untuk buka slot kunci. Lalu ambil tissue lagi untuk tarik pintu. Tiba-tiba saya ingat: barusan saya dorong pintu pakai siku dan lutut. Jangan-jangan pintu toilet sudah ada ‘itu’. Saya mau lap satu pintu toilet. Tapi…
Saya duduk kembali di kursi. Pasang sabuk pengaman. Baru ingat! Ya ampun, dari tadi lupa sterilkan sabuk pengaman!! Sudah saya pegang bolak-balik! O Tuhan, jangan-jangan… (Pan mulai mengganggu)
Masuk hotel. Harus melewati penjaga dengan detektor suhu badan.
Masuk lift. Ingat, jangan pakai ujung jari untuk tekan tombol lift, kata artikel yang saya baca entah di mana. Saya pakai buku jari. Aman!

Habis itu, saya keluar hotel untuk makan. Masuk lift. Tekan tombol pakai ujung jari. Yikes! Lupa! Lupa! Kira-kira ada ‘itu’ ngga ya di tombol lift tadi???
Naik taksi. Sopir bermasker bertanya, “Anda mau pakai AC, buka jendela, atau kombinasi AC dan buka jendela?”

O…seumur hidup hampir 60 tahun baru pertama kali dapat pertanyaan begini. Saya pilih AC. Soalnya tadi sudah terlanjur pakai ujung jari untuk tekan tombol lift. Mungkin sudah ada banyak ‘itu’ di jari saya.

Sopir batuk dua kali. Saya rasanya mau lompat turun saja, sekalipun tujuan masih jauh. Mau tahan nafas sampai ke tujuan tapi ngga kuat, soalnya masih 10 menit lagi. Akhirnya saya geser badan saya menjauhi dia. Lumayan, posisi saya sekarang sekitar 5 cm lebih jauh dari dia. Tidak ada salahnya kita berjaga-jaga kan?

Turun dari taksi, sopir taksi (wanita) meminta saya mencuci tangan dengan cairan anti vikuba. Keharusan, katanya. Dengan senang hati saya ambil cairan itu. Kurang banyak, kata ibu sopir. Saya tambah lagi. Dengan mantap, saya keluar dari taksi. Mendadak saya ingat, dia sempat buka maskernya sekitar 1.5 detik ketika menyetir tadi. Langsung saya agak keliyengan.
Selamat datang di dunia Pan.

Blog P  A  N   I   K

Latest Blog

P  A  N  I  KP A N I K
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
S & K
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
M E D S O S
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.