logo

Blog

D  A  M  A  I  (2)

D A M A I (2)

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Yesaya 9:6

Sementara artikel ini ditulis, Donald Trump dan Kim Jong Un sedang dalam perjalanan pulang ke negara masing-masing setelah pertemuan mereka di Vietnam gagal menghasilkan perdamaian. Padahal, di awal pertemuan, tuan Trump sangat optimis bahwa mereka berdua akan menghasilkan kesepakatan yang akan mengakhiri permusuhan antara Amerika Serikat dan Korea Utara.

Permusuhan antara dua negara ini sudah berlangsung sejak 1950 atau 69 tahun (lebih tua dari anda yang sedang membaca tulisan ini), dan melibatkan Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, Rusia dan beberapa negara lain dalam Perang Korea. Seandainya saja mereka berdua berhasil mencapai perdamaian, kemungkinan besar hadiah Nobel untuk perdamaian akan menjadi milik mereka berdua.

Dunia mencari dan merindukan perdamaian.
Bukan saja perdamian antar negara, tapi juga antar tetangga, antar teman, antar boss, antar karyawan, antar keluarga, antar ipar, antar suami istri, antar saudara… tetapi rupanya memang damai itu sungguh susah dicari. Atau jangan-jangan bukan susah dicari, tapi salah cari.

Damai (dan otomatis permusuhan) adalah salah satu topik utama Alkitab. Karena itu, kalau dunia (termasuk orang Kristen juga) ingin mencari damai, dunia (dan orang Kristen) mestinya melihat kepada pribadi yang oleh Alkitab dinyatakan sebagai Raja Damai.

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Dalam bahasa Ibrani, damai digambarkan dengan kata ‘shalom’. Orang Ibrani (Israel) menyapa satu dengan yang lain dengan ‘Shalom aleichem’; yang dibalas dengan ‘Aleichem shalom’. Dalam bahasa Arab, salam ini menjadi ‘As-salāmu ʿalaykum’. Orang-orang Arab yang beragama Kristen menyapa satu dengan lain juga dengan ‘As-salāmu ʿalaykum’.

Shalom atau damai mengandung 4 aspek. Kalau 4 aspek ini terpenuhi, terjadilah damai yang sejati.
1. Damai dengan Allah. Ini yang pertama-tama harus terjadi. Tanpa langkah ini sebagai awal, damai sejati tidak terjadi. Permusuhan antara manusia dengan Allah adalah penyebab utama semua masalah yang kita hadapi di dunia ini.

Manusia bermusuhan dengan Allah sejak kejatuhan Adam dan Hawa. Terjadi jurang antara manusia dan Sang Penciptanya. Yesus Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia, datang ke dunia ini untuk menghilangkan permusuhan ini. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Raja Damai mendamaikan manusia dengan Allah.
Rom 5:10: Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!

Perdamaian ini harus kita terima supaya bisa terjadi. Caranya? Percaya akan karya Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Maka dosa kita diampuni, kita dibenarkan di hadapan Allah dan diperdamaikan dengan Dia.

2. Damai dengan diri sendiri. Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, dia tidak hanya mengalami konflik dengan Penciptanya, tetapi juga konflik dengan dirinya sendiri. Dia mulai mengalami ketakutan, keresahan dan rasa bersalah dalam jiwanya. Manusia perlu berdamai dengan dirinya sendiri setelah dia berdamai dengan Allah melalui Yesus Kristus. Caranya? Mengampuni diri sendiri.

3. Damai dengan sesama. Sejak kejatuhan Adam juga, manusia berkonflik dengan sesamanya. Adam menyalahkan istrinya yang, menurut dia, membawa dia jatuh ke dalam dosa. Sejak saat itulah, manusia saling menyalahkan, saling memaki, saling menyakiti, saling menjatuhkan, bahkan saling membunuh.
Manusia perlu berdamai dengan sesamanya. Caranya? Mengampuni orang yang bersalah dan meminta ampun kalau dia sendiri yang bersalah.

4. Damai dengan lingkungan. Waktu Adam jatuh ke dalam dosa, lingkungan ikut menjadi musuhnya. Mulai timbul semak duri dan hal-hal lain yang membuat hidup manusia susah, dan manusia juga membuat lingkungan rusak.

Manusia perlu berdamai dengan lingkungannya. Caranya? Jagalah lingkungan saudara.
Perdamaian manusia dengan lingkungannya ini akan mencapai puncaknya pada saat kedatangan Kristus kedua kali, dimana, kata Yesaya: “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya.”
Blog D  A  M  A  I  (2)

More News

[center]P  A  N  I  K[/center]
P A N I K
Kalau tidak hati-hati, berbagai berita tentang virus corona ini akan membawa orang kepada kepanikan. Saat ini di beberapa negara, kepanikan sudah mulai terjadi. Di Australia, orang berkelahi di supermarket karena berebut kertas tisu gulung
[center]   S      K[/center]
S & K
Pada jaman corona ini, manusia mencari perlindungan kemana-mana, dari masker, cairan antiseptik sampai ke jahe merah dan kunyit campur kecap manis dan telor asin. Kepanikan manusia menjadi lucu, kalau saja dampaknya tidak tragis. Karena isu virus corona, tisu gulung habis diborong dari toko mana-mana di Australia
[center]M  E  D  S  O  S[/center]
M E D S O S
Memalsukan tas masih bisa dimaklumi, sekalipun bukan dibenarkan. Memalsukan obat patut dikutuki, karena menyangkut hidup mati seseorang. Berita palsu termasuk yang patut diwaspadai pada jaman medsos ini.
Other Information Contact Information damai

CONTACT INFO
Alamat sekertariat: Ruko Wallstreet Blok B no 78, Green Lake City, Cipondoh, Tangerang

021-5500980

021-5500980

Info@gbiputera.org

SOCIAL MEDIA
Switch to Desktop Version
Copyright © 2015 - GBIPutera.org All Rights Reserved
Jasa Pembuatan Website by IKT